Dolar Mengikuti Penurunan Imbal Hasil Treasury setelah Fed Pertahankan Suku Bunga
Pada hari Kamis (2/11), dolar Amerika Serikat mengalami pelemahan yang signifikan, mengikuti penurunan imbal hasil Treasury AS. Pasar semakin yakin bahwa Federal Reserve telah mengakhiri siklus pengetatan kebijakan moneter agresifnya setelah memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah.
Federal Reserve (The Fed) telah mempertahankan suku bunga pada level yang stabil, sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar. Namun, dalam keputusan tersebut, Ketua The Fed, Jerome Powell, mengakui bahwa kenaikan imbal hasil obligasi Treasury, suku bunga hipotek rumah, dan biaya pembiayaan lainnya yang didorong oleh pasar baru-baru ini dapat berdampak pada perekonomian selama kondisi tersebut berlanjut.
Sentimen di Pasar
Keputusan The Fed ini ternyata berdampak positif di Wall Street dan meluas hingga ke sesi Asia. Dampak ini memberikan sedikit dorongan bagi mata uang dolar Australia (AUD) dan Selandia Baru (NZD), yang tergolong sebagai mata uang yang sensitif terhadap risiko.
Mata uang Aussie naik sekitar 0,5% ke level tertinggi dalam tiga minggu di $0,6426, sementara mata uang kiwi juga melonjak lebih dari 0,5% untuk mencapai level tertinggi dalam dua minggu di $0,58825.
Dampak utama terjadi pada dolar AS itu sendiri, yang melemah secara luas seiring dengan imbal hasil Treasury AS yang menyentuh posisi terendah dalam beberapa minggu pada awal perdagangan sesi Asia.
Imbal hasil Treasury AS bertenor dua tahun, yang biasanya mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, turun hingga mencapai level terendah hampir dua bulan pada 4,9250% pada hari Kamis. Sementara itu, imbal hasil acuan AS dengan tenor 10 tahun juga merosot ke level terendah dalam dua minggu, yaitu 4,7070%.
Terhadap dolar, euro mengalami kenaikan sebesar 0,18% dan diperdagangkan pada level $1,0589. Indeks dolar AS mengalami penurunan sebesar 0,11% dan berada pada level 106,34.
Potensi Penurunan Suku Bunga AS
Para pelaku pasar semakin yakin bahwa suku bunga AS mungkin telah mencapai puncaknya setelah data menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS mengalami kontraksi yang tajam pada bulan Oktober. Meskipun demikian, data lain menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup kuat, yang kemungkinan akan membuat The Fed mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih lama.
Perkiraan pasar menunjukkan hampir 15% kemungkinan bahwa The Fed dapat mulai menurunkan suku bunga pada awal Maret mendatang, menurut alat CME FedWatch. Ini merupakan peningkatan dari peluang sekitar 10% yang terlihat pada minggu sebelumnya.
Dampak pada Mata Uang Jepang dan Pound Sterling
Pelemahan dolar AS memberikan kelonggaran bagi yen Jepang (JPY), meskipun tetap berada pada sisi yang lebih lemah dengan rasio 150 per dolar. Mata uang Jepang terakhir diperdagangkan pada level 150,44 per dolar, setelah sebelumnya merosot ke level terendah dalam satu tahun pada 151,74 per dolar pada awal pekan setelah keputusan kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ).
Di sisi lain, pound sterling (GBP) mengalami kenaikan sebesar 0,35% dan diperdagangkan pada level $1,2192 menjelang keputusan suku bunga Bank of England pada hari Kamis. Ekspektasi umum adalah bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunganya.
Kesimpulan
Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah telah mengguncang pasar mata uang, terutama dolar AS, dan memberikan kelonggaran bagi mata uang-mata uang lainnya seperti AUD dan NZD. Namun, dampak jangka panjang dari kebijakan ini masih akan menjadi fokus perhatian para pelaku pasar dalam beberapa bulan mendatang.
Kondisi ekonomi global yang kompleks dan pergerakan imbal hasil Treasury AS akan terus memengaruhi pergerakan mata uang di masa depan. Para investor harus tetap waspada dan siap untuk menghadapi volatilitas yang mungkin terjadi dalam pasar keuangan global.
(Sumber: Reuters)
No Comments