
Mata Uang Asia Menguat, Dolar Turun Lagi sebelum Nonfarm Payrolls
PTDi dunia keuangan global, pasar valuta asing sering mencerminkan gelombang sentimen ekonomi. Pada tanggal 3 November 2023, mata uang Asia menunjukkan ketahanannya saat dolar Amerika Serikat terus melemah dalam antisipasi laporan nonfarm payrolls, data ekonomi kunci. Ini terjadi meskipun para trader berharap Federal Reserve telah selesai dengan kenaikan suku bunganya. Volume perdagangan regional tetap relatif sepi, sebagian karena musim liburan di Jepang.
Kinerja Kuat oleh Mata Uang yang Sensitif terhadap Suku Bunga
Mata uang Asia yang dikenal karena sensitivitasnya terhadap suku bunga dan risiko, seperti won Korea Selatan, peso Filipina, dan rupiah Indonesia, tampil sangat baik pada hari ini. Mata uang-mata uang ini mengalami kenaikan antara 0,5% hingga 1%. Sementara itu, yen Jepang mengalami kenaikan kecil sebesar 0,1% dalam perdagangan tipis selama liburan, tetapi tetap berada dekat dengan level terendahnya dalam setahun terhadap dolar. Situasi ini membuat para trader berhati-hati, karena mereka memantau kemungkinan intervensi pemerintah di pasar valuta asing, terutama setelah Bank of Japan memberikan sinyal yang kurang hawkish pada awal pekan ini.
Yuan China Stagnan
Yuan China tetap relatif datar, diperdagangkan di sekitar level terendah dalam setahun, mengikuti serangkaian data ekonomi yang lemah sepanjang minggu. Survei swasta menunjukkan bahwa sektor jasa China tumbuh lebih lambat dari yang diperkirakan pada bulan Oktober, meskipun mengalami sedikit peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Data ekonomi yang kurang optimis ini mengakibatkan kinerja yuan China yang stagnan.
Penguatan Mata Uang Dalam Konteks Pelemahan Dolar Akibat Berkurangnya Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga
Di seluruh spektrum mata uang Asia, dolar Amerika Serikat mengalami beberapa kerugian selama pekan ini setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga stabil dan memberikan sinyal yang agak dovish mengenai kenaikan suku bunga di masa depan. Hal ini memicu spekulasi bahwa bank sentral telah menyelesaikan kenaikan suku bunganya untuk tahun ini dan mungkin akan mulai menurunkan suku bunga pada pertengahan tahun 2024. Indeks dolar dan indeks dolar berjangka kedua-duanya mengalami penurunan sedikit dalam perdagangan di Asia, dengan penurunan sebesar 0,4% selama pekan ini.
Meskipun demikian, dolar masih menghadapi ujian besar pada hari Jumat, dengan dirilisnya data nonfarm payrolls penting untuk bulan Oktober. Setiap tanda-tanda ketahanan di pasar tenaga kerja dapat mendorong Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga, yang berpotensi membalikkan sebagian pelemahan dolar yang terjadi belakangan ini. Federal Reserve masih mempertimbangkan untuk satu kali kenaikan suku bunga lagi tahun ini, meskipun keputusan ini akan sangat tergantung pada data ekonomi selanjutnya.
Pekan Kuat bagi Dolar Australia, Dibayangi oleh Spekulasi Kenaikan Suku Bunga RBA
Meskipun melemah 0,1%, dolar Australia tetap pada jalur untuk mencatatkan kenaikan sebesar 1,5% selama pekan ini. Kenaikan ini didorong oleh spekulasi yang meningkat bahwa Reserve Bank of Australia (RBA) mungkin akan menaikkan suku bunga pada pertemuan berikutnya pada hari Selasa. Spekulasi ini didukung oleh data penjualan ritel yang lebih baik dari yang diperkirakan untuk kuartal ketiga, menunjukkan bahwa belanja ritel yang kuat mungkin akan mendukung inflasi dalam beberapa bulan ke depan. Mengingat tingginya inflasi di Australia, pasar tenaga kerja yang kuat, dan belanja ritel yang kuat, diperkirakan RBA akan menaikkan suku bunga setidaknya sebesar 25 basis poin dalam pekan berikutnya. Bank sentral telah menaikkan suku bunga secara kumulatif sebanyak 400 basis poin selama setahun terakhir, tetapi telah menahannya sejak Mei untuk mengukur dampak kenaikan suku bunga ini pada ekonomi Australia.
Kesimpulan
Dalam ranah keuangan global, pasar valuta asing adalah cermin yang mencerminkan keadaan ekonomi dunia dan kebijakan moneter. Saat mata uang Asia menguat dan dolar Amerika Serikat melemah, kita dapat melihat interaksi dinamis dalam dinamika pasar. Masa depan dolar dan mata uang Asia bergantung pada beberapa faktor, termasuk sikap Federal Reserve mengenai suku bunga, performa ekonomi China, dan kekuatan ekonomi Australia. Rilis data nonfarm payrolls dan keputusan suku bunga Reserve Bank of Australia akan dipantau dengan cermat, karena mereka dapat memberikan wawasan lebih lanjut dalam narasi keuangan yang terus berkembang. Tetap update untuk perkembangan terbaru dalam lanskap keuangan yang selalu berubah ini. sumber investing.com
No Comments