PT EQUITYWORLD FUTURES CIREBON – Harga Emas Dunia Bertahan Dekat Rekor Tertinggi: Ketegangan Dagang dan Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Jadi Pemicu
Attention (Perhatian): Emas Kembali Jadi Primadona di Tengah Kekacauan Global
Harga emas dunia kembali mencuri perhatian investor global setelah bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa. Pada Rabu, harga emas sempat menyentuh rekor baru di $4.218,29 per ons, menandai lonjakan hampir 5% hanya dalam sepekan terakhir. Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi cerminan nyata dari meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global yang semakin tidak menentu.
Ketegangan dagang yang kembali memanas antara Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi pemicu utama. Pernyataan keras Presiden AS Donald Trump bahwa negaranya kini “resmi terkunci dalam perang dagang” telah memperburuk sentimen pasar, membuat investor berbondong-bondong mencari perlindungan di aset safe haven seperti emas. Tidak hanya itu, keyakinan bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat turut memperkuat posisi logam mulia ini.
Di tengah badai ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, emas kembali menunjukkan perannya yang klasik: pelindung nilai yang tidak lekang oleh waktu.
Interest (Ketertarikan): Kombinasi Faktor Fundamental yang Menggerakkan Harga
Lonjakan harga emas kali ini bukan terjadi secara kebetulan. Sejumlah faktor fundamental bekerja serentak, menciptakan dorongan kuat bagi reli emas sejak pertengahan Agustus.
Pertama, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed telah menjadi katalis utama. Dalam situasi di mana suku bunga rendah, aset tanpa imbal hasil seperti emas menjadi lebih menarik karena biaya peluang menahannya berkurang. Ketua The Fed, Jerome Powell, memberi sinyal kuat bahwa akan ada pemangkasan suku bunga seperempat poin pada akhir Oktober. Pasar langsung menafsirkan ini sebagai sinyal dovish, memperbesar arus modal menuju aset safe haven.
Kedua, ketegangan dagang AS–Tiongkok kembali meningkat tajam. Perang tarif, pembatasan ekspor teknologi, serta ketegangan diplomatik telah menekan sektor manufaktur global dan memperlambat rantai pasokan. Ketika investor kehilangan kepercayaan terhadap saham dan obligasi, mereka beralih ke emas sebagai bentuk perlindungan nilai yang lebih stabil.
Ketiga, penutupan pemerintahan AS (government shutdown) yang berkepanjangan juga menambah tekanan. Kondisi ini memperburuk defisit fiskal dan memicu kekhawatiran akan lonjakan utang negara. Investor besar, termasuk bank-bank sentral dunia, bereaksi cepat dengan memperbesar kepemilikan emas mereka.
Menurut laporan Trafigura Group, sebagian besar lonjakan harga emas kali ini disebabkan oleh permintaan fisik yang luar biasa kuat, terutama dari bank sentral yang membeli dalam jumlah besar untuk diversifikasi cadangan devisa mereka. Pembelian ini tidak hanya menahan harga agar tetap tinggi, tetapi juga memperkuat persepsi bahwa emas tetap menjadi aset strategis jangka panjang.
Desire (Keinginan): Mengapa Emas Jadi Pilihan Rasional Saat Ini
Dalam lanskap ekonomi yang dipenuhi risiko, emas menawarkan sesuatu yang semakin langka: kepastian nilai. Berbeda dengan mata uang fiat yang nilainya mudah tergerus oleh inflasi atau kebijakan politik, emas memiliki daya tahan intrinsik yang sudah teruji selama ribuan tahun.
Investor institusional hingga individu kini melihat emas sebagai benteng pertahanan keuangan. Dengan prospek pelonggaran moneter global, kekhawatiran terhadap resesi, dan krisis utang yang meluas, permintaan terhadap logam mulia ini diprediksi akan terus meningkat.
Selain itu, defisit anggaran AS yang membengkak menimbulkan ketakutan baru. Ketika pemerintah mencetak uang untuk menutup kekurangan fiskal, daya beli dolar AS berisiko melemah, dan investor global semakin mencari alternatif penyimpan nilai yang lebih aman.
Menariknya, bukan hanya emas yang mencuri perhatian. Harga perak juga melonjak tajam hingga 3,1%, menembus rektor di atas $53 per ons. Kenaikan ini dipicu oleh kelangkaan pasokan di pasar London, yang membuat harga spot perak bahkan melampaui kontrak berjangka di New York. Situasi tersebut mencerminkan lonjakan permintaan fisik yang tidak hanya berasal dari investor, tetapi juga industri teknologi dan energi bersih yang menggunakan perak dalam skala besar.
Kombinasi langka antara ketegangan geopolitik, kebijakan moneter longgar, dan kekhawatiran fiskal telah menciptakan “badai sempurna” bagi reli logam mulia.
Action (Tindakan): Saatnya Bersiap Menghadapi Gelombang Baru
Dengan segala faktor pendukung yang ada, harga emas berpotensi melanjutkan tren penguatan dalam beberapa pekan ke depan. Investor disarankan untuk mulai meninjau kembali portofolio mereka dan mempertimbangkan porsi aset aman seperti emas atau perak untuk melindungi nilai dari gejolak pasar.
Bagi mereka yang berfokus pada jangka menengah hingga panjang, momentum saat ini bisa menjadi peluang strategis. Emas tidak hanya berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi juga sebagai instrumen diversifikasi yang mampu menstabilkan portofolio di tengah ketidakpastian global.
Meskipun aksi ambil untung jangka pendek mungkin terjadi setelah reli besar, tren utama tetap bullish selama tekanan geopolitik dan ekspektasi pemangkasan suku bunga masih berlangsung.
Dalam dunia yang terus berubah cepat, satu hal tetap sama: ketika kepercayaan terhadap sistem keuangan terguncang, emas selalu menjadi tempat berlindung terakhir. Dan kini, dunia tampaknya tengah menuju ke arah itu lagi — di mana kilau emas bukan sekadar cerminan harga, tetapi simbol dari pencarian stabilitas di tengah badai global.
Sumber Newsmaker.id, Coba demo Trading Gratis di Link Berikut ini
No Comments