PT EQUITYWORLD FUTURES CIREBON – Emas dan Perak Kembali Melemah dari Rekor: Aksi Ambil Untung dan Tekanan Teknis Guncang Pasar Logam Mulia
Attention – Pasar Logam Mulia Terpukul Setelah Rekor
Setelah reli panjang yang membawa emas dan perak ke level tertinggi sepanjang masa, pasar logam mulia kini berbalik arah tajam. Pada perdagangan terbaru, harga emas sempat anjlok 2,9% ke level $4.004,26 per ons, melanjutkan penurunan intraday 6,3% di sesi sebelumnya—penurunan terbesar dalam lebih dari 12 tahun. Perak juga tidak luput, turun lebih dari 2% ke sekitar $47,6 per ons setelah sehari sebelumnya jatuh 7,1%.
Di pasar Asia, saham bergerak campuran setelah Wall Street kehilangan momentum. Sementara itu, imbal hasil US Treasury naik, menandakan pergeseran dana ke aset berisiko, dan indeks dolar AS cenderung datar. Kombinasi faktor teknikal, aksi ambil untung, dan perubahan sentimen global membuat investor logam mulia harus menyesuaikan strategi mereka.
Analis menilai, setelah reli panjang yang spektakuler, pasar emas memasuki fase “realitas baru”. Harga yang sempat naik hampir vertikal dalam beberapa bulan terakhir kini memicu koreksi alamiah, seiring banyak pelaku pasar yang mengunci keuntungan besar dari reli sebelumnya.
Interest – Aksi Ambil Untung dan Tekanan Teknis Jadi Biang
Koreksi tajam ini bukan sekadar kebetulan. Aksi profit-taking muncul sebagai penyebab utama setelah harga mencapai zona yang dianggap terlalu tinggi. “Ketika pasar bergerak terlalu jauh, terlalu cepat, koreksi cepat hampir tak terhindarkan,” ujar seorang analis komoditas di New York.
Selain aksi ambil untung, faktor teknikal juga memperdalam tekanan. Posisi beli besar di pasar derivatif—yang terbentuk selama reli panjang—menjadi bumerang ketika sinyal jual muncul. Koreksi cepat menyebar dari perdagangan spot ke kontrak berjangka dan opsi, memperdalam penurunan hanya dalam hitungan jam.
Dari sisi fundamental, emas dan perak selama ini didorong oleh kombinasi pembelian bank sentral, penurunan imbal hasil obligasi pemerintah, serta kekhawatiran fiskal negara besar. Namun kini, pasar mulai menilai kembali: ekspektasi pelonggaran moneter masih ada, tetapi ruang reli semakin sempit di tengah optimisme baru pada sektor saham global.
Bank-bank besar menyebut, eksposur investor terhadap saham global masih tinggi, menandakan bahwa arus dana berisiko (risk-on flow) tetap kuat. Hal ini menekan minat terhadap aset safe haven seperti emas dan perak dalam jangka pendek.
Desire – Ketidakpastian AS dan Data yang Hilang Bikin Pasar Buta
Menambah kerumitan situasi, shutdown pemerintahan AS memperlebar kekosongan data penting. Laporan mingguan CFTC yang biasa memantau posisi hedge fund di pasar emas dan perak tidak diterbitkan, membuat pelaku pasar “terbang buta”.
Ketiadaan data posisi spekulatif ini membuat analis kesulitan menilai sejauh mana pasar sudah “terlalu ramai” di sisi beli. Beberapa menduga, posisi panjang (long) yang menumpuk berbulan-bulan terakhir menjadi pemicu utama gelombang penjualan saat pemicu teknikal muncul.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury menguat, dengan yield tenor 30 tahun menyentuh level terendah sejak awal April. Secara historis, kenaikan yield menekan daya tarik emas yang tidak menawarkan imbal hasil bunga, sehingga menambah tekanan jual.
Namun di tengah kekhawatiran itu, sebagian investor masih melihat peluang jangka menengah. Buy-the-dip atau aksi beli saat harga turun, bisa kembali muncul dari investor institusional yang merasa tertinggal dari reli besar sebelumnya. Jika dolar AS kembali melemah atau imbal hasil turun, ruang pemulihan terbuka, meski tidak besar.
Action – Strategi Baru di Tengah Pasar yang Realistis
Bagi investor, fase ini menjadi momen penting untuk menyusun ulang strategi. Koreksi tajam bukanlah akhir dari tren naik jangka panjang emas, melainkan fase pendinginan yang sehat.
Analis menyebutkan bahwa prospek jangka menengah emas tetap positif, didukung oleh:
- Tren pembelian berkelanjutan dari bank sentral global, khususnya Asia dan Timur Tengah,
- Ketidakpastian fiskal di AS dan Eropa, serta
- Potensi pelonggaran moneter di beberapa ekonomi besar pada paruh pertama tahun depan.
Namun, dalam jangka pendek, pantulan harga diperkirakan akan dangkal. Kombinasi antara perundingan dagang yang lebih positif, dolar yang tetap kuat, dan berakhirnya musim belanja emas di India membuat reli susulan sulit bertahan.
Investor disarankan memperhatikan level psikologis $4.000 per ons. Jika harga bertahan di atas level ini dalam beberapa sesi, peluang stabilisasi meningkat. Namun jika menembus ke bawah secara konsisten, tekanan lanjutan hingga area $3.920–$3.950 bisa terjadi sebelum minat beli kembali muncul.
Dalam konteks global, koreksi emas dan perak saat ini lebih mencerminkan penyesuaian ritme pasar ketimbang perubahan fundamental besar. Ketika ekspektasi terhadap suku bunga, dolar, dan risiko geopolitik kembali berfluktuasi, logam mulia masih berpotensi memegang peran penting sebagai penyeimbang portofolio.
Kesimpulan: Fase Pendinginan Sebelum Babak Baru
Koreksi besar emas dan perak setelah rekor tertinggi memang menimbulkan kejutan, namun bukan akhir dari tren. Aksi ambil untung, tekanan teknikal, serta absennya data resmi menjadi kombinasi yang mempercepat penurunan.
Ke depan, arah harga sangat bergantung pada pergerakan dolar dan imbal hasil obligasi AS, serta apakah investor besar kembali masuk memanfaatkan pelemahan ini. Dalam jangka pendek, pasar akan terus berfluktuasi, tetapi dalam jangka menengah, emas tetap menjadi cerminan dari ketidakpastian global yang belum benar-benar hilang.
Inti Poin:
- Emas -2,9% ke $4.004, perak -2% ke $47,6 – lanjutan koreksi dari rekor.
- Profit-taking dan teknikal overbought memicu penurunan tajam.
- Pasar mulai realistis setelah reli ditopang bank sentral dan tema fiskal.
- Shutdown AS hilangkan laporan CFTC, posisi spekulatif jadi teka-teki.
- Jangka pendek: pantulan bergantung pada USD & imbal hasil; risiko pantulan dangkal tetap tinggi.
Sumber: Newsmaker.id
No Comments