
Emas Mencapai Rekor Tertinggi Baru: Dampak Perang Dagang AS-Tiongkok dan Ketidakpastian Geopolitik
Emas telah mencapai rekor tertinggi baru, melampaui $2.849,05 per ons pada hari Rabu (5/2), setelah mengalami kenaikan hampir 1% dalam sesi sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap aset safe-haven (tempat berlindung yang aman) menyusul gelombang awal perang dagang AS-Tiongkok. Presiden Donald Trump baru-baru ini mengenakan tarif impor sebesar 10% terhadap produk Tiongkok, yang memicu respons cepat dari Beijing. Meskipun respons Tiongkok kali ini lebih terukur dibandingkan dengan periode sebelumnya, kekhawatiran atas dampak perang dagang terhadap dua ekonomi terbesar dunia tetap tinggi.
Apa yang Memicu Kenaikan Emas?
Kenaikan harga emas tidak lepas dari ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Tarif impor yang dikenakan AS terhadap Tiongkok telah memicu kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, pasar juga waspada terhadap potensi dampak inflasi yang bisa muncul akibat tarif tersebut. Jika inflasi kembali meningkat, hal ini dapat memengaruhi kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed), termasuk keputusan mengenai suku bunga.
Emas, sebagai aset safe-haven, cenderung menguat dalam situasi ketidakpastian. Investor beralih ke logam mulia ini untuk melindungi portofolio mereka dari risiko geopolitik dan volatilitas pasar. Selain itu, melemahnya indeks dolar AS juga turut mendorong kenaikan harga emas. Dolar yang lebih lemah membuat emas lebih terjangkau bagi pembeli internasional, sehingga meningkatkan permintaan.
Ketidakpastian Geopolitik dan Dampaknya
Selain perang dagang, ketidakpastian geopolitik juga menjadi faktor pendorong kenaikan harga emas. Presiden Trump baru-baru ini mengusulkan agar AS mengambil alih Jalur Gaza dan bertanggung jawab atas pembangunan kembali wilayah tersebut. Proposal ini disampaikan selama konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Meskipun belum jelas bagaimana proposal ini akan diimplementasikan, hal tersebut telah menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah.
Ketidakpastian ini semakin memperkuat daya tarik emas sebagai aset safe-haven. Menurut Charu Chanana, ahli strategi di Saxo Capital Markets Pte., “Tidak ada berita baik tentang pembicaraan AS-Tiongkok, dan kecemasan geopolitik yang meningkat akan terus mendorong emas lebih tinggi, terlepas dari pergerakan dolar AS.”
Pergerakan Harga Emas dan Logam Mulia Lainnya
Pada pukul 9:17 pagi waktu Singapura, harga emas spot naik 0,1% menjadi $2.844,82 per ons. Sementara itu, indeks Spot Dolar Bloomberg turun 0,1%, melanjutkan penurunan 0,7% pada hari Selasa. Melemahnya dolar AS ini memberikan dukungan tambahan bagi harga emas.
Namun, tidak semua logam mulia mengalami kenaikan. Perak dan paladium justru mengalami penurunan, sementara platinum hanya naik tipis. Hal ini menunjukkan bahwa investor lebih memfokuskan perhatian mereka pada emas sebagai aset safe-haven utama dalam situasi ketidakpastian saat ini.
Prospek Emas ke Depan
Prospek emas ke depan tetap positif, terutama jika ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global terus berlanjut. Perang dagang AS-Tiongkok yang belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian, ditambah dengan ketegangan di Timur Tengah, akan terus mendorong permintaan terhadap emas.
Namun, ada beberapa faktor yang perlu diwaspadai. Jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi, hal ini dapat mengurangi daya tarik emas. Suku bunga yang tinggi cenderung membuat instrumen keuangan seperti obligasi lebih menarik dibandingkan emas, yang tidak memberikan yield (hasil).
Selain itu, perkembangan dalam perundingan perdagangan AS-Tiongkok juga akan menjadi kunci. Jika kedua negara berhasil mencapai kesepakatan, hal ini dapat mengurangi ketidakpastian dan menurunkan permintaan terhadap emas. Namun, jika perang dagang justru semakin intens, emas kemungkinan besar akan terus menguat.
Kesimpulan
Emas telah membuktikan dirinya sebagai aset safe-haven yang andal dalam situasi ketidakpastian. Kenaikan harga emas ke rekor tertinggi baru mencerminkan kekhawatiran investor terhadap perang dagang AS-Tiongkok dan ketegangan geopolitik global. Sementara melemahnya dolar AS dan rendahnya suku bunga turut mendukung kenaikan ini, prospek emas ke depan akan sangat bergantung pada perkembangan kebijakan moneter AS dan dinamika geopolitik.
Bagi investor, emas tetap menjadi pilihan menarik untuk melindungi portofolio dari volatilitas pasar. Namun, penting untuk terus memantau perkembangan terkini, baik dalam perang dagang maupun kebijakan moneter global, untuk mengambil keputusan investasi yang tepat.
No Comments