
Harga Emas Turun Lebih dari 1% Akibat Penguatan Dolar dan Data Inflasi AS
Harga emas mengalami penurunan signifikan lebih dari 1% pada hari Jumat (28/2), dipicu oleh penguatan dolar AS yang bertahan mendekati level tertinggi dalam dua minggu. Data inflasi AS yang sesuai dengan ekspektasi pasar juga turut memengaruhi sentimen investor, yang kini mempertimbangkan kemungkinan Federal Reserve (Fed) akan mengambil sikap lebih hati-hati terkait pemangkasan suku bunga. Penurunan ini menandai minggu yang menantang bagi pasar emas, dengan harga spot emas turun 1% menjadi $2.846,96 per ons, sementara harga emas berjangka AS turun 1,3% menjadi $2.858,90.
Aksi Ambil Untung dan Penguatan Dolar Tekan Harga Emas
Sejak awal pekan, emas telah kehilangan 3% dari nilainya, mencatat penurunan mingguan terbesar sejak November 2023. Salah satu faktor utama di balik penurunan ini adalah aksi ambil untung (profit-taking) oleh investor setelah harga emas mencapai rekor tertinggi pada awal pekan. Jim Wyckoff, analis pasar senior di Kitco Metals, menyatakan bahwa likuidasi dan penguatan indeks dolar AS menjadi elemen kunci yang memengaruhi pasar emas dan perak.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama, menunjukkan kenaikan mingguan. Hal ini membuat emas, yang dihargakan dalam dolar, menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional. Akibatnya, permintaan emas dari luar negeri cenderung menurun, menambah tekanan pada harga.
Data Inflasi AS dan Ekspektasi Kebijakan Fed
Data inflasi AS yang dirilis pada Jumat menunjukkan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 0,3% pada Januari, sesuai dengan ekspektasi pasar. Meskipun data ini tidak mengejutkan, hal itu memperkuat spekulasi bahwa Fed mungkin akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari yang diantisipasi. Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, mencatat bahwa data inflasi tersebut tidak secara material mengubah ekspektasi pasar terhadap kebijakan Fed.
Pedagang kontrak berjangka masih mempertahankan taruhan bahwa Fed akan memangkas suku bunga pada bulan Juni. Namun, suku bunga yang lebih tinggi cenderung melemahkan daya tarik emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Meskipun demikian, emas tetap mencatat kenaikan bulanan kedua berturut-turut, didukung oleh kekhawatiran atas kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump.
Kebijakan Tarif Trump dan Dampaknya pada Pasar
Presiden Trump mengumumkan pada Kamis (27/2) bahwa tarif 25% yang diusulkannya untuk barang-barang dari Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada 4 Maret. Selain itu, ia juga mengusulkan bea tambahan sebesar 10% untuk impor dari Tiongkok. Kebijakan ini meningkatkan ketidakpastian di pasar global, yang seharusnya mendukung emas sebagai aset safe haven. Namun, tekanan jual yang kuat dan penguatan dolar AS justru mendominasi sentimen pasar.
Peter Grant, Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior di Zaner Metals, mencatat bahwa kerugian di pasar saham telah memicu tekanan deleveraging pada emas, yang memperpanjang aksi jual setelah harga mencapai rekor tertinggi pada Senin (24/2).
Pergerakan Logam Mulia Lainnya
Selain emas, logam mulia lainnya juga mengalami penurunan. Harga perak spot turun 0,6% menjadi $31,1 per ons, sementara platinum turun 1,0% menjadi $938,95. Paladium, yang baru-baru ini mencapai rekor tertinggi, juga turun 0,2% menjadi $917,60. Ketiga logam ini tampaknya akan menutup bulan Februari dengan penurunan, mencerminkan sentimen pasar yang lebih luas terhadap logam mulia.
Prospek Pasar Emas ke Depan
Meskipun harga emas mengalami penurunan mingguan, prospek jangka panjang tetap menarik. Ketidakpastian geopolitik, kebijakan tarif Trump, dan potensi perlambatan ekonomi global dapat mendorong permintaan emas sebagai aset safe haven. Namun, dalam jangka pendek, penguatan dolar AS dan ekspektasi kebijakan moneter Fed akan terus menjadi faktor penentu utama pergerakan harga emas.
Investor kini akan memantau perkembangan kebijakan Fed, data ekonomi AS, dan dinamika geopolitik untuk mencari petunjuk arah pasar emas ke depan. Sementara itu, aksi ambil untung dan likuidasi mungkin masih akan mendominasi sentimen pasar dalam beberapa hari mendatang.
Dengan berbagai faktor yang saling bertolak belakang, pasar emas diperkirakan akan tetap volatil dalam waktu dekat. Namun, sebagai aset yang telah terbukti tangguh dalam menghadapi ketidakpastian, emas tetap menjadi pilihan menarik bagi investor yang mencari perlindungan nilai dalam jangka panjang.
No Comments