
Harga Emas Naik di Tengah Ketidakpastian Pasar Global
Harga emas menunjukkan ketahanan yang kuat pada akhir sesi perdagangan Amerika Utara, Rabu (13 Maret 2025), dengan kenaikan sebesar 0,63% menjadi $2.933 per ons. Kenaikan ini terjadi meskipun adanya tekanan dari imbal hasil obligasi Treasury AS yang lebih tinggi dan penguatan nilai Dolar AS. Faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas adalah laporan inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan, yang memicu spekulasi tentang potensi pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (Fed) di masa depan.
Apa yang Memicu Kenaikan Harga Emas?
Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) melaporkan bahwa inflasi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Februari 2025 meningkat sebesar 2,8% year-on-year (YoY), sedikit di bawah proyeksi pasar sebesar 2,9%. Angka ini juga lebih rendah dari kenaikan 3,0% yang tercatat pada Januari. Inflasi inti, yang mengecualikan komponen volatil seperti makanan dan energi, turun dari 3,3% menjadi 3,1% YoY. Data ini menunjukkan tren disinflasi yang berkelanjutan dalam perekonomian AS.
Meskipun inflasi yang lebih rendah biasanya mengurangi daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi, investor justru melihat data ini sebagai sinyal bahwa Fed mungkin akan mempertimbangkan pemotongan suku bunga pada tahun 2025. Spekulasi ini didukung oleh pernyataan pejabat Fed, termasuk Ketua Jerome Powell, yang menekankan bahwa mereka tidak akan mengambil keputusan berdasarkan data satu bulan saja. Namun, pasar tetap optimis bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar akan diterapkan, terutama dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lemah.
Model GDPNow Atlanta Fed memprediksi pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal pertama 2025 akan menyusut sebesar 2,4%, yang akan menjadi angka negatif pertama sejak pandemi COVID-19. Hal ini semakin memperkuat ekspektasi bahwa Fed mungkin akan memangkas suku bunga hingga tiga kali pada tahun 2025.
Dampak Imbal Hasil Obligasi dan Dolar AS
Meskipun harga emas naik, imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun juga meningkat tiga basis poin menjadi 4,314%. Imbal hasil riil, yang diukur dengan imbal hasil Sekuritas Terlindungi Inflasi (TIPS) Treasury AS 10 tahun, naik satu basis poin menjadi 1,981%. Kenaikan imbal hasil ini biasanya dapat membatasi kenaikan harga emas, karena aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas menjadi kurang menarik dibandingkan obligasi.
Di sisi lain, Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai Dolar AS terhadap enam mata uang utama, naik 0,14% menjadi 103,55. Penguatan Dolar AS biasanya juga dapat menekan harga emas, karena logam mulia ini menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Namun, kali ini, harga emas berhasil mengabaikan tekanan dari kedua faktor tersebut, menunjukkan ketahanannya di tengah ketidakpastian pasar global.
Peran Bank Sentral dan Ketegangan Perdagangan Global
Bank sentral di seluruh dunia terus memperkuat cadangan emas mereka, memberikan dukungan tambahan bagi harga logam mulia ini. Menurut World Gold Council (WGC), Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) dan Bank Nasional Polandia (NBP) masing-masing menambahkan 10 ton dan 29 ton emas ke dalam cadangan mereka dalam dua bulan pertama tahun 2025. Pembelian emas oleh bank sentral ini mencerminkan kepercayaan mereka terhadap logam mulia sebagai aset penyimpan nilai yang andal di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Selain itu, ketegangan perdagangan global juga menjadi faktor pendukung harga emas. Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif 25% pada impor baja dan aluminium mulai tengah malam Rabu, sebagai upaya untuk mengurangi defisit perdagangan AS. Kebijakan ini memicu kekhawatiran akan eskalasi perang dagang, yang dapat mendorong investor mencari perlindungan di aset safe-haven seperti emas.
Prospek Harga Emas ke Depan
Dengan latar belakang ini, harga emas diperkirakan akan terus menguji level resistensi psikologis di sekitar $2.950 per ons. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam beberapa hari ke depan termasuk rilis Indeks Harga Produsen (PPI) AS untuk Februari, data Klaim Pengangguran Awal, dan Sentimen Konsumen Universitas Michigan (UoM). Data-data ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang kondisi ekonomi AS dan potensi langkah kebijakan Fed.
Selain itu, perkembangan terkait perang dagang dan ketegangan geopolitik, termasuk gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia, juga akan mempengaruhi sentimen pasar. Meskipun ada kemajuan dalam gencatan senjata, investor tetap waspada terhadap risiko geopolitik yang dapat mendorong kenaikan lebih lanjut pada harga emas.
Secara keseluruhan, harga emas tetap berada di jalur yang kuat, didukung oleh kombinasi faktor ekonomi, kebijakan moneter, dan ketidakpastian global. Investor akan terus memantau perkembangan terbaru untuk menentukan arah selanjutnya dari logam mulia ini.
No Comments