Emas Stabil Dekat $4.000: Reli Mengambil Nafas, Tapi Tren Masih Kuat
Attention: Nafas Panjang Setelah Reli Rekor
Harga emas kembali stabil di kisaran $3.980 per ons pada Jumat (10/10), setelah sempat tergelincir di bawah level psikologis $4.000 pada sesi sebelumnya. Tekanan datang dari aksi ambil untung di tengah penguatan dolar AS yang menekan minat beli logam mulia dalam jangka pendek. Namun di balik koreksi tipis ini, tren besar masih menunjukkan arah yang sama: sentimen bullish terhadap emas belum padam.
Selama hampir sebulan terakhir, emas berada dalam zona jenuh beli (overbought) secara teknikal, setelah mencetak reli empat hari berturut-turut dan menorehkan rekor baru di kisaran $4.059/oz—puncak tertinggi dalam sejarah perdagangan logam mulia modern. Artinya, sebagian pelaku pasar hanya mengambil jeda untuk mengunci laba, bukan meninggalkan pasar sama sekali.
Sementara itu, perak juga terkoreksi setelah sempat menembus $51,235/oz, level tertingginya sejak 1980. Namun jika dilihat secara year-to-date (YTD), perak masih mencatat lonjakan sekitar 70%, jauh melampaui performa emas. Lonjakan permintaan terhadap logam putih ini menegaskan bahwa narasi “energi hijau dan lindung nilai” semakin dominan di pasar komoditas global.
Interest: Tekanan Dolar dan Dinamika Pasar yang Kompleks
Koreksi yang terjadi pada logam mulia kemarin tidak berdiri sendiri. Bersamaan dengan itu, saham-saham di Wall Street juga melemah, sementara indeks volatilitas meningkat tajam. Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung menjual sebagian posisi emas untuk menutup kerugian di aset lain—sebuah pola klasik yang kerap muncul di masa volatilitas tinggi.
Meski demikian, emas masih berada di jalur kenaikan mingguan kedelapan berturut-turut, sebuah capaian yang menunjukkan ketahanan fundamental di tengah gejolak makroekonomi. Para analis menilai bahwa setiap penurunan harga justru menjadi peluang beli baru, mengingat faktor-faktor pendorong reli belum berubah: ketidakpastian kebijakan The Fed, tekanan fiskal AS, serta keraguan atas arah ekonomi global.
Pada awal sesi Asia, harga emas spot bergerak mendatar di sekitar $3.987/oz, dengan indeks dolar Bloomberg bertahan di puncak 10 minggu. Penguatan dolar memang menjadi penghalang utama bagi emas, karena menekan permintaan dari pembeli non-AS. Namun di sisi lain, ketahanan harga di dekat $4.000 menegaskan bahwa sentimen safe haven masih kuat di bawah permukaan.
Untuk perak, korelasi terhadap dolar dan suku bunga AS tetap signifikan, tetapi ada faktor tambahan yang membuatnya lebih kompleks: peran industri. Lebih dari separuh permintaan global perak kini berasal dari sektor energi surya dan angin, dua bidang yang sedang tumbuh pesat di bawah agenda transisi energi hijau. Dengan permintaan industri yang meningkat dan pasokan yang terbatas, defisit perak diperkirakan akan terus berlanjut hingga setidaknya tahun 2025.
Desire: Di Balik Angka, Ada Cerita Fundamental yang Kuat
Pasar perak di London saat ini menghadapi kekurangan pasokan fisik yang serius. Kondisi ini mendorong biaya pinjam perak naik tajam—tanda bahwa logam tersebut semakin sulit ditemukan untuk kebutuhan jangka pendek. Para pedagang melaporkan bahwa kekhawatiran akan potensi tarif AS terhadap impor perak telah memicu arus pengiriman besar-besaran menuju Amerika, sehingga menguras stok di London.
Fenomena ini menciptakan efek berantai: ketika ketersediaan perak untuk dipinjam semakin menipis, harga menjadi lebih sensitif terhadap arus keluar-masuk dana jangka pendek. Akibatnya, volatilitas meningkat, dan investor yang jeli justru melihatnya sebagai peluang spekulatif yang menarik.
Dalam konteks emas, latar belakang makro global juga mendukung harga tinggi. Pasar menilai Federal Reserve berada dalam posisi yang semakin sulit—antara mempertahankan kredibilitas anti-inflasi dan menjaga stabilitas pasar keuangan. Isu independensi The Fed sempat mencuat kembali di Washington, menambah ketidakpastian arah kebijakan moneter.
Selain itu, tekanan fiskal AS yang terus meningkat—terlihat dari defisit anggaran dan kenaikan biaya utang pemerintah—mendorong sebagian investor beralih ke aset keras seperti emas sebagai bentuk perlindungan nilai jangka panjang. Dalam konteks geopolitik, ketegangan di beberapa kawasan dunia juga memperkuat posisi emas sebagai aset pelindung universal.
Action: Saatnya Menentukan Strategi di Tengah Pasar yang Tidak Pasti
Kondisi saat ini menempatkan investor di persimpangan menarik. Di satu sisi, harga emas dan perak tampak tinggi secara nominal, bahkan sebagian analis memperingatkan potensi koreksi teknikal lebih lanjut. Namun di sisi lain, fondasi fundamental—baik dari sisi makroekonomi maupun pasokan—masih mendukung tren kenaikan jangka menengah hingga panjang.
Bagi investor konservatif, menahan sebagian posisi emas bisa menjadi langkah bijak untuk menjaga eksposur terhadap risiko global. Sedangkan bagi mereka yang lebih agresif, perak menawarkan potensi keuntungan lebih besar, meskipun dengan volatilitas yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, dinamika pasar logam mulia saat ini menggambarkan satu hal penting: reli belum berakhir, hanya beristirahat. Emas mungkin menahan napas di sekitar $3.980, tapi denyutnya masih kuat—terutama jika dolar mulai kehilangan tenaga atau kebijakan The Fed kembali berubah arah.
Kesimpulan: Emas stabil di dekat $4.000 setelah aksi ambil untung, sementara perak mundur dari rekor namun tetap unggul secara tahunan. Dolar yang kuat dan kondisi overbought memicu jeda, tetapi tren kenaikan masih terjaga. Dengan defisit pasokan perak yang berlanjut dan pasar London yang makin ketat, logam mulia tetap menjadi pusat perhatian investor global di tengah dunia yang kian tidak pasti.
Sumber newsmaker.id, Coba demo trading Gratis di Link berikut ini
No Comments