PT EQUITYWORLD FUTURES CIREBON – Emas Lanjut Melemah: Antara Pendinginan Sentimen Aman dan Harapan Kesepakatan Dagang
Attention – Kilau Emas Mulai Redup Setelah Reli Brutal
Harga emas dunia kembali melanjutkan penurunan pada awal pekan ini, menandai lanjutan dari koreksi setelah mencatat penurunan mingguan pertama sejak pertengahan Agustus. Logam mulia tersebut sempat merosot hingga 1,2% dan mendekati level $4.065 per ons, terpukul oleh meredanya minat investor terhadap aset “safe haven”.
Salah satu pemicu utama pelemahan ini datang dari meredanya ketegangan geopolitik, khususnya antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dua ekonomi terbesar dunia yang selama beberapa tahun terakhir menjadi sumber utama ketidakpastian global. Pasar menangkap sinyal positif dari kedua negara bahwa mereka hampir mencapai kesepakatan dagang baru, bertepatan dengan kunjungan Presiden Donald Trump ke kawasan Asia.
Optimisme ini membuat investor berani kembali mengambil risiko pada aset lain seperti saham dan obligasi korporasi, sehingga minat terhadap emas sebagai pelindung nilai menurun tajam. Dalam situasi di mana dunia tampak lebih tenang, emas kehilangan sebagian daya tarik utamanya sebagai tempat berlindung dari gejolak ekonomi global.
Interest – Dari Euforia ke Kewaspadaan
Penurunan harga emas kali ini datang setelah reli panjang dan intens sejak pertengahan Agustus, yang sempat mendorong harga menembus rekor di atas $4.380 per ons pada awal pekan lalu. Reli tersebut menjadi salah satu kenaikan paling agresif dalam sejarah perdagangan logam mulia modern.
Namun, sebagaimana yang sering terjadi dalam pasar komoditas, kenaikan yang terlalu cepat hampir selalu diikuti oleh aksi ambil untung besar-besaran. Banyak trader memutuskan untuk merealisasikan keuntungan setelah harga melonjak tajam dalam waktu singkat. Sejumlah indikator teknikal juga sejak lama menunjukkan kondisi “overbought” atau jenuh beli, menandakan bahwa koreksi sudah sangat mungkin terjadi.
Meski begitu, jika ditarik garis besar sejak awal tahun, emas masih mencatat kenaikan lebih dari 55% — sebuah performa yang luar biasa dibandingkan kelas aset lainnya. Pendorong utamanya datang dari pembelian emas oleh bank-bank sentral dunia, yang terus menambah cadangan logam mulia di tengah ketidakpastian fiskal dan moneter global. Selain itu, kekhawatiran terhadap pelemahan nilai mata uang fiat dan meningkatnya utang pemerintah di banyak negara maju membuat investor global menilai emas tetap menjadi bentuk “uang sejati” yang bebas risiko gagal bayar.
Desire – Koreksi Jadi Peluang “Harga Diskon”
Menariknya, meski harga emas turun dalam beberapa sesi terakhir, permintaan fisik justru melonjak tajam. Bagi sebagian besar pembeli ritel, penurunan harga ini dianggap sebagai momen “harga diskon” setelah berbulan-bulan emas menanjak tanpa henti.
Dari Singapura hingga Amerika Serikat, sejumlah toko emas dan dealer melaporkan kenaikan signifikan dalam pembelian fisik, terutama dari investor individu yang melihat peluang untuk masuk kembali ke pasar di harga lebih rendah. Fenomena ini menunjukkan bahwa fundamental permintaan terhadap emas masih kuat, meskipun pasar keuangan jangka pendek sedang mengalami penyesuaian.
Sementara itu, industri emas global juga tengah menjadi sorotan dengan digelarnya konferensi tahunan London Bullion Market Association (LBMA) di Kyoto, Jepang. Acara ini dihadiri hampir 1.000 pelaku profesional, mulai dari trader, broker, hingga pelaku rafinasi logam mulia. Tahun ini menjadi penyelenggaraan terbesar dalam sejarah LBMA, mencerminkan meningkatnya peran emas dalam sistem keuangan global yang tengah bertransformasi.
Salah satu isu menarik yang banyak dibahas dalam konferensi tersebut adalah perebutan talenta pedagang emas di tengah pertumbuhan cepat pasar derivatif logam mulia dan kebutuhan akan keahlian baru dalam perdagangan digital. Hal ini menegaskan bahwa emas bukan hanya komoditas kuno, tetapi juga aset modern dengan infrastruktur global yang terus berkembang.
Action – Fokus Pasar Beralih ke Bank Sentral Dunia
Ke depan, arah pergerakan emas akan sangat dipengaruhi oleh agenda kebijakan moneter global. Pekan ini menjadi “pekan bank sentral”, di mana Federal Reserve (The Fed) dijadwalkan menggelar rapat kebijakan dan diperkirakan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.
Kebijakan suku bunga rendah pada dasarnya positif bagi emas, karena logam mulia tidak memberikan imbal hasil bunga seperti deposito atau obligasi. Saat suku bunga turun, biaya peluang memegang emas menjadi lebih kecil, sehingga daya tariknya meningkat.
Namun, dengan Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank of Japan (BOJ) diperkirakan menahan suku bunga tetap rendah tanpa tambahan stimulus, sentimen global tampaknya akan lebih stabil. Jika The Fed hanya memangkas suku bunga secara terbatas, ruang kenaikan emas mungkin juga terbatas dalam jangka pendek.
Pada perdagangan Senin pagi di Singapura, harga emas spot tercatat turun sekitar 0,7% ke level $4.083,92 per ons, sementara perak ikut melemah setelah pekan lalu jatuh lebih dari 6%. Meski koreksi ini mungkin terasa tajam, banyak analis menilai fundamental jangka panjang emas tetap solid, terutama di tengah dunia yang masih bergulat dengan inflasi tinggi dan ketidakpastian fiskal.
Dengan kata lain, penurunan kali ini bisa menjadi jeda sehat dalam tren naik yang lebih besar. Bagi investor cerdas, setiap koreksi adalah kesempatan untuk menambah posisi — karena dalam sejarah panjangnya, emas selalu bersinar paling terang justru ketika dunia mulai merasa terlalu nyaman.
Sumber Newsmaker.id, coba demo Trading emas gratis di website berikut ini
No Comments