PT EQUITYWORLD FUTURES CIREBON – Harga Emas Mulai Stabil Jelang Pertemuan Trump–Xi: Saatnya Tenang atau Waspada?
Attention – Setelah “Ngamuk”, Emas Kini Mulai Tenang
Setelah tiga hari beruntun turun, harga emas akhirnya mulai stabil pada Rabu (29/10). Logam mulia itu diperdagangkan di sekitar $3.950 per ons, menjelang pertemuan penting antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Pasar global langsung menatap momen ini dengan penuh harapan — apakah dua raksasa ekonomi dunia itu akan membuka jalan bagi perdamaian dagang yang lebih luas?
Optimisme pasar meningkat setelah muncul kabar bahwa AS siap mencabut sebagian tarif terhadap produk Tiongkok, asal Beijing mau lebih tegas mengatur ekspor bahan kimia yang dipakai untuk memproduksi fentanil, obat sintetis yang memicu krisis opioid di Amerika. Harapan akan “terobosan dagang” ini mendorong investor berani kembali masuk ke aset berisiko, termasuk saham. Dampaknya, emas—yang selama ini menjadi tempat berlindung dari ketidakpastian—mulai kehilangan sedikit kilaunya.
Namun, bukan berarti logam kuning ini kehilangan daya tariknya sepenuhnya. Setelah reli spektakuler yang sempat membawa harga menembus rekor di atas $4.380 per ons minggu lalu, wajar kalau pasar butuh waktu untuk “mendinginkan mesin”. Banyak trader menilai harga sudah terlalu tinggi dalam waktu singkat, sehingga aksi ambil untung tidak bisa dihindari.
Interest – Di Balik Koreksi, Emas Masih Bersinar Terang
Meski kini harga turun jauh dari puncaknya, secara tahunan emas masih melesat sekitar 50% — sebuah pencapaian luar biasa di tengah pasar yang bergejolak. Lonjakan besar itu tak lepas dari pembelian agresif oleh bank-bank sentral serta kekhawatiran global terhadap menurunnya nilai mata uang kertas. Utang dan defisit negara yang terus melebar membuat investor mencari perlindungan dari inflasi dan penurunan daya beli.
Selain itu, ETF berbasis emas seperti SPDR Gold Shares juga sempat menjadi magnet bagi dana besar. Meskipun Senin lalu terjadi arus keluar cukup besar, tren jangka panjangnya masih menunjukkan minat kuat terhadap emas fisik dan derivatifnya. Investor besar dan ritel tampak masih percaya bahwa di balik setiap koreksi, selalu ada peluang untuk masuk lagi.
Namun, pasar tetap terbelah dua. Sebagian pelaku menilai koreksi saat ini hanyalah “istirahat sehat” sebelum melanjutkan reli baru, sementara yang lain mulai khawatir harga mungkin sudah mencapai puncak psikologis. Pertanyaan pun muncul: Apakah emas masih akan bersinar, atau justru mulai redup?
Desire – Keyakinan Pasar Masih Kuat: Emas Bisa ke $5.000
Menariknya, sentimen positif terhadap emas justru menguat di kalangan profesional. Dalam Konferensi London Bullion Market Association (LBMA) yang digelar di Kyoto pekan ini, hasil survei terhadap 106 peserta menunjukkan mayoritas masih bullish. Banyak analis memperkirakan harga emas bisa menembus $5.000 per ons dalam 12 bulan ke depan, terutama jika tekanan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi global belum juga reda.
Analis Chris Weston dari Pepperstone menegaskan bahwa selama harga emas berjangka bulan depan bisa bertahan di sekitar $3.900, pembeli besar akan merasa cukup nyaman untuk mulai menambah posisi. “Kisaran ini menjadi zona pertahanan penting bagi bulls,” ujarnya. Dengan kata lain, tekanan jual yang sempat mengguncang pasar tampaknya sudah mulai menipis.
Sementara itu, faktor eksternal juga memberi pengaruh besar: kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Pasar tengah menunggu keputusan terbaru bank sentral AS itu, di mana sebagian besar pelaku memprediksi adanya pemangkasan suku bunga. Secara teori, suku bunga yang lebih rendah membuat emas lebih menarik—karena logam mulia tidak memberikan bunga, tapi juga tidak tergerus oleh biaya pinjaman tinggi.
Namun, efeknya tidak sesederhana itu. Yield yang rendah juga membuat saham teknologi kembali jadi primadona, karena ekspektasi keuntungan mereka bisa melampaui proyeksi. Akibatnya, sebagian dana yang sebelumnya parkir di emas kini beralih ke pasar saham. Ini menjelaskan kenapa pergerakan harga emas dalam beberapa hari terakhir terasa datar meski ada peluang stimulus moneter.
Action – Antara Peluang dan Waspada
Per Rabu pagi waktu Singapura, harga emas spot sedikit turun 0,1% ke $3.949,10 per ons, sementara perak cenderung stabil, platinum melemah tipis, dan paladium ikut terkoreksi ringan. Di sisi lain, indeks dolar AS nyaris tak berubah, menandakan pasar masih menunggu arah jelas dari pertemuan Trump–Xi dan keputusan The Fed.
Bagi investor, kondisi ini adalah momen refleksi strategis. Apakah lebih baik mengambil posisi defensif sambil menunggu konfirmasi tren baru, atau justru memanfaatkan level bawah saat harga stabil untuk akumulasi? Jika pendekatan historis dijadikan acuan, periode “diam sebelum keputusan besar” seperti sekarang sering kali membuka peluang masuk yang menarik—selama disiplin pengelolaan risiko tetap dijaga.
Emas mungkin sedang istirahat, tapi bukan berarti ia kehilangan cahayanya. Dengan ketidakpastian global yang belum sepenuhnya sirna, logam mulia ini tetap menyimpan potensi besar. Seperti kata pepatah lama di pasar finansial:
“Emas tidak pernah benar-benar jatuh tertidur; ia hanya menunggu saat yang tepat untuk berkilau lagi.”
Kesimpulan: Harga emas yang kini stabil di kisaran $3.950 per ons mencerminkan fase konsolidasi setelah reli besar. Pertemuan Trump–Xi dan keputusan The Fed akan menjadi dua katalis utama yang menentukan arah berikutnya. Untuk saat ini, pasar tampak memilih bersikap tenang, tapi di balik ketenangan itu, potensi kilau baru bisa saja segera muncul.
(Sumber: Newsmaker.id , coba demo trading gratis di website berikut ini)
No Comments