PT EQUITYWORLD FUTURES CIREBON – Harga Emas Turun Lagi ke Bawah $4.000: Dampak Kebijakan Pajak Baru China Mengguncang Pasar
Attention: Ketika Pasar Dikejutkan oleh Langkah Beijing
Harga emas kembali tertekan di awal pekan ini, menembus ke bawah level psikologis $4.000 per ons setelah pemerintah China secara mendadak mengakhiri insentif pajak yang telah lama dinikmati sebagian peritel. Pada awal sesi Asia, logam mulia ini sempat anjlok hingga 0,6% ke kisaran $3.978/oz, menandai tekanan lanjutan setelah dua pekan volatilitas tinggi. Kebijakan baru ini langsung mengirimkan sinyal waspada ke seluruh pasar global: permintaan emas dari China—yang selama ini menjadi salah satu pilar utama harga—bisa menurun tajam.
China selama ini dikenal sebagai konsumen emas terbesar di dunia, baik untuk perhiasan, investasi, maupun cadangan bank sentral. Namun dengan berakhirnya insentif pajak bagi sebagian peritel, rantai distribusi logam mulia di negara itu berpotensi terganggu. Sentimen negatif pun cepat menyebar ke pasar internasional, yang sudah lebih dulu khawatir akan potensi koreksi setelah reli besar di awal Oktober.
Interest: Mengurai Dampak dari Kebijakan Pajak Baru
Langkah Beijing kali ini tergolong signifikan. Pemerintah melarang sebagian peritel mengkompensasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas emas yang mereka beli dari Shanghai Gold Exchange (SGE) maupun Shanghai Futures Exchange. Artinya, hanya anggota resmi kedua bursa—seperti bank besar, kilang, dan pabrikan perhiasan—yang masih bisa menikmati pembebasan pajak ini. Insentif itu pun hanya berlaku hingga akhir tahun 2027.
Bagi pelaku usaha kecil dan menengah di sektor emas, kebijakan ini merupakan pukulan berat. Mereka tidak hanya kehilangan keuntungan pajak, tetapi juga akan menghadapi biaya tambahan dalam setiap transaksi. Secara praktis, harga jual ke konsumen domestik bisa naik, sehingga permintaan ritel berisiko menurun.
Pasar global merespons cepat. Setelah sempat menembus rekor di awal Oktober karena lonjakan permintaan ritel dan pembelian bank sentral, harga emas kini mulai kehilangan tenaga. Investor yang sebelumnya melihat emas sebagai aset “tanpa risiko” kini mulai mempertanyakan kelanjutan reli tersebut.
Menurut Adrian Ash, analis dari BullionVault, kebijakan pajak baru China ini bisa menjadi “pemicu koreksi global” setelah reli luar biasa bulan lalu. Ia menilai, ketika negara konsumen emas terbesar di dunia menekan permintaan domestik, maka ekspektasi harga jangka pendek akan cenderung melemah.
Desire: Emas Masih Menarik, Tapi Butuh Strategi Baru
Meski tekanan jangka pendek terlihat nyata, emas tetap menjadi instrumen lindung nilai (safe haven) yang menarik di tengah ketidakpastian ekonomi global. Sepanjang tahun ini, harga emas masih mencatat kenaikan lebih dari 50%, sebagian besar ditopang oleh pembelian besar-besaran dari bank sentral berbagai negara dan tingginya kekhawatiran geopolitik.
Investor global kini perlu melihat lebih dalam: apakah koreksi kali ini sekadar “napas sejenak” atau awal dari tren baru? Beberapa analis menilai, fundamental emas tetap kokoh. Pembelian oleh bank sentral—terutama dari Asia dan Timur Tengah—belum menunjukkan tanda-tanda melambat. Selain itu, tensi geopolitik dan prospek ekonomi global yang tidak menentu masih menjaga daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai.
Namun demikian, perubahan kebijakan fiskal di China membawa dimensi baru: risiko permintaan domestik yang menurun di tengah harga tinggi global. Hal ini dapat menahan laju kenaikan emas dalam waktu dekat, terutama jika dolar AS tetap stabil.
Faktanya, Indeks Spot Dolar Bloomberg nyaris tidak berubah, menandakan bahwa pelemahan emas lebih disebabkan oleh faktor fundamental dari sisi permintaan, bukan tekanan mata uang. Di sisi lain, perak ikut melemah, sementara platinum dan paladium justru sedikit menguat, mencerminkan rotasi aset logam di tengah ketidakpastian pasar.
Bagi investor individu, ini bisa menjadi momen penting untuk meninjau ulang strategi. Alih-alih mengejar harga puncak, fokus pada akumulasi bertahap atau hedging jangka menengah mungkin lebih bijak. Emas bukan hanya soal harga saat ini, tetapi tentang stabilitas nilai dalam jangka panjang—dan di situ letak daya tariknya yang sejati.
Action: Menyiapkan Langkah di Tengah Ketidakpastian
Apa yang sebaiknya dilakukan investor saat ini? Pertama, pantau reaksi pasar China dalam beberapa pekan mendatang. Jika permintaan ritel terbukti turun drastis, potensi koreksi bisa berlanjut menuju area $3.900 bahkan lebih rendah. Namun, bila pelaku industri besar—seperti kilang dan bank—meningkatkan aktivitas untuk mengimbangi penurunan ritel, harga bisa cepat stabil kembali.
Kedua, perhatikan arah kebijakan suku bunga global. The Fed dan bank sentral utama lainnya masih memainkan peran penting dalam menentukan minat terhadap aset non-yield seperti emas. Jika sinyal pelonggaran moneter kembali muncul, tekanan dari sisi China bisa tertutupi oleh arus modal baru ke aset lindung nilai.
Ketiga, manfaatkan volatilitas untuk diversifikasi portofolio. Investor yang cermat bisa memanfaatkan momentum koreksi ini untuk menambah posisi emas dengan harga lebih rendah, sambil tetap menjaga eksposur pada aset produktif seperti saham atau obligasi.
Pada akhirnya, meski kebijakan pajak China menimbulkan guncangan jangka pendek, emas tetap berdiri sebagai simbol kestabilan dan perlindungan nilai. Sejarah telah membuktikan bahwa setiap kali pasar terlalu panik, emas justru menemukan pijakannya kembali.
Dengan demikian, langkah Beijing bukanlah akhir dari reli emas—melainkan ujian bagi daya tahannya. Bagi investor yang berpikir jangka panjang, koreksi di bawah $4.000 mungkin bukan ancaman, melainkan kesempatan emas untuk membeli aset paling tua yang tetap berkilau di tengah badai ekonomi global.
Sumber Newsmaker.id, Coba demo trading Emas Gratis di Link berikut ini
No Comments